Jumat, 10 Oktober 2014

Asuhan keperawatan pada Combustio (Luka bakar)

A.      Konsep Dasar
1.         Pengertian
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air, panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi; juga oleh kontak dengan suhu rendah (frost bite) luka bakar dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik. (Mansjoer, 2000).
Luka bakar adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas ke tubuh, melalui hantaran maupun radiasi elektromagnetik. (Smeltzer, 2001).
Luka bakar adalah lesi jaringan yang terjadi karena suhu yang tinggi. (markam, 2008).
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh panas, bahan kimia, arus listrik yang mengenai lapisan kulit sehingga mempengaruhi fungsi kulit.
2.         Etologi
a.         Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal burn)
Agen pencedera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek panas. Luka bakar api berhubungan dengan asap/cidera inhalasi.
b.        Luka bakar bahan kimia (Hemical burn)
Terjadi dari tipe / kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu agen
c.         Luka bakar sengatan listrik ( Elektrikal burn)
Terjadi dari tipe / voltase aliran yang menghasilkan proporsi panas untuk tahanan dan mengirimkan jalan sedikit tahanan. Dasar cedera menjadi lebih berat dari cedera yang terlihat.

3.         Derajat Luka bakar
a.         Derajat I (luka bakar superficial)

Luka bakar hanya terdapat pada lapisan epidermis luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5-7 hari. 

a.         Derajat II (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basah, kelenjar sebasae, kelenjar keringat, dan folikel rambut. dengan adanya sisa sel epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 10-21 hari. Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung saaf didermis, luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar superficial, karena adanya iritasi ujung saraf sensori. Timbul bula berisi cairan dan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena permeabilitas dinding meninggi. Luka bakar derajat II dibedakan menjadi:
1)        Derajat II dangkal, dimana kerusakan mengenai sebagian superfisial dari  dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10-14 hari.

2)        Derajat II dalam, dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subjektif dirasakan nyeri. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung bagian dari dermis yang memiliki kemampuan  reproduksi sel-sel kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari 1 bulan.
a.         Derajat II (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basah, kelenjar sebasae, kelenjar keringat, dan folikel rambut. dengan adanya sisa sel epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 10-21 hari. Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung saaf didermis, luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar superficial, karena adanya iritasi ujung saraf sensori. Timbul bula berisi cairan dan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena permeabilitas dinding meninggi. Luka bakar derajat II dibedakan menjadi:
1)        Derajat II dangkal, dimana kerusakan mengenai sebagian superfisial dari  dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10-14 hari.
2)        Derajat II dalam, dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subjektif dirasakan nyeri. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung bagian dari dermis yang memiliki kemampuan  reproduksi sel-sel kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari 1 bulan.
a.         Derajat III
Luka bakar derajat III meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis, atau organ yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula dan tidak nyeri.
1.         Klasifikasi Luka Bakar
a.         Berat/kritis bila
1)        Derajat II dengan luas lebih dari 25%
2)        Derajat III dengan luas lebih dari 10%, atau terdapat di muka, kaki, dan tangan.
3)        luka bakar disertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas, atau fraktur
4)        luka bakar akibat listrik
b.        Sedang bila.
1)        Derajat II dengan luas 15 sampai 25%
2)        Derjat III dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, kaki dan tangan
c.         Ringan bila
1)        Derajat II dengan luas kurang dari 15%
2)        Derajat III kurang dari 2%
 1.         Luas Luka Bakar
Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan rule of nine dari Wallace yaitu :
a.         Kepala dan leher : 9%
b.        Ekstremitas atas : 2x9% (kiri dan kanan)
c.         Paha dan betis-kaki : 4x9% (kiri dan kanan)
d.        Dada, perut, dan genetalia : 1%
Total dari rumus rule of nine diatas keseluruhan berjumlah 100% pada semua anggota tubuh. Rumus tersebut tidak digunakan pada bayi dan anak-anak karena luas relatif permukaan kepala jauh lebih besar dan relatif lebih kecil.
1.         Patofisiologi
Cidera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sampai syok, yang dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut dan disfungsi serebal. Kondisi ini dapat dijumpai pada fase awal dan fase akut yang biasanya berlangsung sampai 72 jam pertama. Kehilangan kulit sebagai pelindung tubuh membuat luka mudah terinfeksi selain itu kehilangan kulit yang luas menyebabkan penguapan jaringan tubuh yang berlebihan disertai dengan pengeluaran protein dan energi sehingga terjadi gangguan metabolisme. (Mansjoer, 2000).
Setelah mengalami luka bakar seorang penderita akan berada dalam tiga tingkatan atau fase, yaitu:
a.         Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relative life thretining. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan jalan nafas (airway), gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cidera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cidera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Masalah sirkulasi yang berawal pada kondisi syok (terjadinya ketidak seimbangan antara pasokan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaingan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan hiperdinamik.
b.        Fase Sub Akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau  kehilangan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi dapat menyebabkan proses inflamasi dan infeksi; masalah penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas atau pada struktur atau organ-organ fungsional, keadaan hipermetabolisme.
c.         Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi-fungsi organ fungsional. Masalah yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertonik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
2.         Komplikasi
a.        Syok hipovolemik
b.        Masalah pernafasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema.
c.        Kekurangan cairan dan elektrolit
d.       Hipermetabolisme
e.        Infeksi
f.         Gagal ginjal akut
g.        Paru dan emboli
h.        Sepsis
i.          Ileus paralitik
3.         Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan luka bakar adalah penutupan lesi segera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen didalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut.
Pada saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan korban dari sumber trauma. padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Pada trauma bahan kimia, siram kulit dengan air mengalir. proses koagulasi protein sel didalam jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus walaaupun api telah di padamkan, sehingga destruksi tetap meluas. Proses tersebut dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu, merendam daerah yang terbakar selama lima belas menit pertama sangat bermanfaat. Tindakan ini tidak dianjurkan pada luka bakar >10%, karena akan terjadi hipotermia yang menyebabkan cardiac arrest.
Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut:
a.         Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
b.        Periksa jalan napas
Bila dijumpai obstruksi jalan napas, buka jalan napas dengan pembersihan jalan napas (suction dan lainnya), bila diperlukan lakukan trakeostomi atau intubasi.
c.         Berikan oksigen tambahan
d.        Pasang intravena line untuk resusitasi cairan, berikan cairan Ringer Laktat untuk mengatasi syok.
e.         Pasang kateter buli-bulu untuk pemantau diuresis.
f.         Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressure/CVP) untuk memantau sirkulasi darah, pada luka bakar ekstensif.
g.        Periksa cedera seluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan.
Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar yaitu;
1)        Cara evans, untuk menghitung kebutuhan cairan hari pertama hitunglah:
Berat badan (kg) x % luka bakar x 1cc NaCl (1)
Berat badan (kg) x %luka bakar x 1cc larutan koloid (2)
2.000cc glukosa 5% (3)
Hari pertama : separuh dari jumlah (1), (2), dan (3) diberikan 8 jam pertama dan sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Hari kedua : diberikan setengah jumlah cairan hari pertama.
Hari ketiga : diberi cairan setengah dari jumlah cairan hari kedua. Sebagai monitor pemberian cairan lakukan penghitungan diuresis.
2)        Cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus % luka bakar x BB (kg) x 4cc. separuh dari jumlah cairan ini diberikan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan Ringer Laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah jumlah pemberian hari pertama.

A.      Asuhan keperawatan
1.         Pengkajian
Menurut Doenges (2000), data dasar pengkajian klien dengan luka bakar adalah
a.         Aktivitas/istirahat
Tanda  :    Penurunan kekuatan, tahanan
                 Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
                 Gangguan massa otot, perubahan tonus.
b.        Sirkulasi
Tanda  :    Hipotensi (syok)
                 Penurunan nadi perifer distal pada ekstermitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik).
                 Takikardi (syok/ansietas/nyeri)
                 Disritmia (syok listrik)
                 Pembentukan edema jaringan (semua luka bakar).
c.         Integritas Ego
Gejala  :    Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan kececatan.
Tanda  :    Ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d.        Eliminasi
Tanda  :    Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat. Warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam.
                 Diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi).
                 Penurunan fungsi usus/tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih dari 20% sebagai stress penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e.         Makanan atau cairan
Tanda  :    Edema jaringan umum
                 Anoreksia, mual/muntah
f.         Neuro sensori
Gejala  :    Area kebas, kesemutan
Tanda  :    Perubahan orientasi, afek, perilaku
                 Penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas
                 Aktivitas kejang (syok listrik)
                 Laserasi korneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik).
                 Ruptur membran timpani (syok listrik)
                 Paralisis (cedera listrik pada aliran saraf)
g.        Nyeri/kenyamanan
Gejala  :    Berbagai nyeri
h.        Pernapasan
Gejala  :    Terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan cidera inhalasi)
Tanda  :    Serak, batuk mengi, partikel karon dalam sputum, ketidak mampuan menelan sekresi oral, dan sianosis, indikasi cedera inhalasi.
                 Pengembangan thorak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada.
                 Jalan napas atas stridor/mengi (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, edema laringeal).
Bunyi nafas :     gemercik(edema paru), stridor (edema laringeal), sekret jalan napas dalam (ronki).
i.          Keamanan
Tanda  :    Kulit: umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trombus mikrovaskuler pada beberapa luka.
                 Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan atau status syok.
                 Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus; lepuh, ulkus, nekrosis atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.

j.          Penyuluhan /pembelajaran
Pertimbangan rencana pemulangan
DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat: tergantung pada beratnya dan terlibatnya system organ.
Memerlukan bantuan untuk pengobatan, perawatan luka atau bahan, aktivitas perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah, transportasi, keuangan, konsul kejuruan, perubahan susunan rumah atau fasilitas tempat tinggal selain itu rehabilitasi lama.
2.         Diagnosa keperawatan
Menurt Doenges, diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan luka bakar adalah:
a.         Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial, kompresi jalan nafas thoraks dan dada atau keterbatasan pengembangan dada.
b.        Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melului rute abnormal (luka bakar).
c.         Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit (jaringan traumatik).
d.        Gangguan rasa yaman; Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan.
e.         Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan neurovaskuler berhubungan dengan penurunan aliran darah arterial/vena
f.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik.
g.        Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit.
h.        Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan tahanan.
i.          Ansietas berhubungan dengan perawatan di rumah sakit/prosedur isolasi
j.          Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kejadian tramatik, kecacatan.
k.        Kurang pengetahuan tentang kodisi, prognosis, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi.
3.         Perencanaan keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi.
Langkah-langkah perencanaan:
a.         Menentukan prioritas masalah
Dalam menentukan perencanaan perlu menyusun suatu perencanaan untuk menentukan diagnosa yang akan diambil tindakan pertama kali. Salah satu system yang dapat dgunakan adalah hirarki kebutuhan dasar manusia. Ada dua contoh hirarki yang bisa digunakan untuk menentukan prioritas perencanaan yaitu hirarki “Maslow” dan hirarki “kalish”.
b.        Menentukan tujuan dan kriteria hasil
Tujuan yang ditetapka harus sesuai dengan “SMART” yaitu Specific (khusus), Measurable (dapat diukur), Acceptable (dapat dicapai), Rasionable (nyata), time (waktu).
Adapun perencanaan yang dilakukan pada klien luka bakar menurut doenges dalam rencana asuhan keperawatan adalah:
a.         Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial, kompresi jalan nafas thoraks dan dada atau keterbatasan pengembangan dada.
Tujuan : Bersihan jalan napas kembali efektif
Kriteria hasil : Menunjukkan bunyi napas jelas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal 16-20 kali per menit, tidak ada dispnea/sianosis.
Rencana tindakan:
1)        Kaji riwayat cidera, perhatikan adanya kondisi pernapasan sebelumnya.
Rasionalisasi :
Penyebab lama terpajan, terjadi dalam ruang tertutup atau ruang terbuka mengindikasikan cedera inhalasi.
2)        Catat frekuensi, irama, kedalaman pernapasan, perhatikan adanya sianosis
Rasionalisasi :
Takipnea penggunaan otot bantu dan perubahan sputum menunjukkan distress pernapasan/edema paru.
3)  Auskultasi paru, perhatikan adanya stridor, mengi, penurunan bunyi napas, batuk rejan.
Rasionalisasi :
Obstruksi jalan napas/distress pernapasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat.
4)        Perhatikan adanya pucat atau warna buah ceri muda pada kulit yang cedera.
Rasionalisasi :
Dugaan adanya hipoksemia karbonmonoksida
5)        Tinggikan kepala tempat tidur sesuai indikasi
Rasionalisasi :
Meningkatkan ekspansi paru optimal/fungsi penafasan.
6)        Ajarkan/latih nafas dalam
Rasionalisasi :
Meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi dan drainase secret.
7)        Tingkatkan istirahat suara tapi kaji kemampuan untuk berbicara atau menelan secret oral secara periodik
Rasionalisasi :
Peningkatan secret atau peningkatan kemampuan untuk menelan menunjukkan peningkatan edema trakeal dan dapat mengindikasikan kebutuhan untuk intubasi.
8)        Kolaborasi dalam pemberian O2
Rasionalisasi :
 O2 memperbaiki hiposekmia/asidosis
1)        Awasi GDA
Rasionalisasi :
Data dasar penting untuk pengkajian lanjut status pernafasan dan pedoman untuk pengobatan.
a.         Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melului rute abnormal (luka bakar).
Tujuan : Cairan dan elektrolit menjadi seimbang.
Kriteria hasil : Membran mukosa lembab, tanda vital stabil
Rencana tindakan:
1)        Kaji tanda vital, CVP, perhatikan pengisian kapiler dan kekuatan nadi perifer.
Rasionalisasi :
Memberikan pedoman penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.
2)        Awasi haluaran dan berat jenis urin, observasi warna dan hemates sesuai indikasi.
Rasionalisasi :
Secara umum, penggantian cairan harus dititrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran urin 30-50 ml/jam (untuk dewasa). Dapat atau sampai hitam, pada kerusakan otot masif sehubungan dengan adanya darah dan keluarnya mioglobin.
3)        Perkirakan drainage luka dan kehilangan yang tampak.
Rasionalisasi :
Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan melalui evaporasi tetap mempengaruhi volume sirkulasi dan haluaran urin.
4)        Catat jumlah dan tipe pemasukan cairan
Rasionalisasi :
Penggantian massif/cepat dengan cairan berbeda dengan fluktuasi kecepatan pemberian memerlukan tabulas ketat untuk mencegah ketidak seimbangan dan kelebihan cairan.
5)        Awasi perubahan mental
Rasioalisasai :
Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat mengindikasikan ketidakseimbangan volume sirkulasi/penurunan perfusi serebral.
6)        Observasi distensi abdomen,hematemesis dan feses hitam.
Rasionalisasi :
Stress (curling) ulkus terjadi setengah dari pasien dengan luka bakar berat.
7)        Kolaborasi dalam pemasangan kateter
Rasionalisasi :
Memungkinkan observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah statis dan refluks urin.
8)        Kolaborasi untuk pemasangan dan catat penggantian cairan IV elektrolit, plasma,albumin.
Rasionalisasi :
 Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan mencegah komplikasi
b.        Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit (jaringan traumatik).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi/terhindarkan
Kriteria hasil : Penyembuhan luka tepat waktu, bebas dari eksudat dan tidak demam.
Rencana tindakan
1)        Tempatkan pasien dengan teknik isolasi sesuai indikasi
Rasionalisasi :
Tergantung tipe/luas dan isolasi menurunkan resiko kontaminasi
2)        Tekankan pentingnya mencuci tangan
Rasionalisasi :
Mencegah kontaminasi silang dan menurunkan resiko infeksi.
3)        Gunakan skort, sarung tangan, masker dan teknik aseptic selama perawatan luka.
Rasionalisasi :
Mencegah terpajan mikroorganisme infeksius
4)        Awasi/batasi pengunjung bila perlu. Jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung.
Rasionalisasi :
Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung
5)        Periksa area yang tidak terbakar secara rutin.
Rasionalisasi :
Infeksi oportunistik sering kali terjadi sehubungan dengan depresi imun.
6)        Berikan perawatan khusus pada mata
Rasionalisasi :
Mata dapat membengkak atau menjadi terinfeksi drainase dan luka bakar disekitarnya.
7)        Ganti balutan dan bersihkan area terbakar dalam bak hidroterapi.
Rasionalisasi :
Air melembutkan dan membantu membuang balutan dan jaringan parut.
8)        Bersihkan jaringan nekrotik yang lepas dengan guntina/forcep dan periksa luka tiap hari.
Rasionalisasi :
Meningkatkan penyembuhan.
9)        Awasi tanda-tanda vital
Rasionalisasi :
Indikator sepsis memerlukan evaluasi cepat dan intervensi.
10)    Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
Rasionalisasi :
Pemberian antibiotik berguna sebagai anti mikrobial.
c.         Gangguan rasa yaman; Nyeri berhuungan dengan kerusakan kulit/jaringan.
Tujuan : Rasa nyeri barkurang atau terkontrol
Kriteria hasil : Klien dapat mengontrol rasa nyerinya, klien dapat beristirahat,ekspresi wajah tampak rileks
Rencana tindakan :
1)        Kaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi, karakteristik dan intensitas (skala 0-10).
Rasionalisasi :
Untuk mengetahui derajat nyeri yang dirasakan oleh klien.
2)        Berikan tempat tidur yang nyaman dan suhu lingkungan yang nyaman.
Rasionalisasi :
Membantu menurunkan nyeri, suhu yang panas dapat meningkatkan nyeri.
3)        Ubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif sesuai indikasi.
Rasionalisasi :
Gerakan dan latihan menurunkan kekakuan sendi dan kelelahan otot tergantung pada lokasi dan area luka bakar.
4)        Lakukan penggantian balutan debridement setelah klien diberi obat.
Rasionalisasi :
Menurunkan terjadi distress fisik dan emosi sehubungan dengan penggantian dan debridement.
5)        Jelaskan prosedur/berikan informasi yang sering dengan tepat.
Rasionalisasi :
Dengan empati dapat membantu menghilangkan nyeri/meningkatkan relaksasi.
6)        Berikan tindakan kenyamanan dasar, misalnya pijatan pada area yang tidak sakit.
Rasionalisasi :
Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan kenyamanan umum.
7)        Koaborasi dalam pemberian analgetik.
Rasionalisasi :
Mengurangi/menghilangkan rasa sakit.
d.        Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan neurovaskuler berhubungan dengan penurunan aliran darah arterial/vena.
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil : Nadi perifer teraba dengan kualitas/kekuatan sama, pengisian kapiler baik dan warna kulit normal pada area yang tidak cedera.
Rencana tindakan:
1)        Kaji warna, sensasi, gerakan, nadi perifer dan pengisian kapiler pada ekstremitas luka bakar, bandingkan dengan yang tidak terkena.
Rasionalisasi :
Pembentukan edema dapat secara cepat menekan pembuluh darah sehingga mempengaruhi sirkulasi dan meningkaktkan status vena/edema
2)        Tinggikan ekstremitas yang sakit dengan tepat.
Rasionalisasi :
Meningkatkan sirkulasi sistemik/aliran balik vena dan dapat menurunkan edema.
3)        Dorong latihan rentang gerak aktif pada bagian tubuh yang tidak sakit
Rasionalisasi :
Meningkatkan sirkulasi lokal dan sistemik
4)        Selidiki nadi secara teratur
Rasionalisasi :
Disritmia jantung dapat terjadi sebagai akibat perpindahan elektrolit, pengaruh pada curah jantung/perfusi jantung.
5)        Pertahankan penggantian caiaran
Rasionalisasi :
Memaksimalkan volume sirkulasi dan perfusi jaringan
6)        Kolaborasi untuk pengawasan elektrolit, khususnya natrium, kalium dan kalsium.
Rasionalisasi :
Kehilangan elektrolit ini mempengaruhi membrane mukosa, sehingga mengubah konduksi miokard, potensial resiko disritmia dan menurunkan curah jantung.
e.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Pemasukan nutrisi adekuat, berat badan stabil, keseimbangan nitrogen positif dan regenerasi jaringan.
Rencana indakan:
1)        Auskultasi bising usus, perhatikan hipoaktif.
Rasionalisasi :
Ileus sering berhubungan dengan periode pasca luka bakar.
2)        Pertahankan jumlah kalori tetap, timbang BB tiap Hari
Rasionalisasi :
Pedoman tetap untuk pemasukan kalori tepat. Sesuai dangan penyembuhan luka, presentase area luka bakar untuk menghitung bentuk diet yang diberikan.
3)        Awasi massa otot/lemak subkutan sesuai indikasi.
Rasionalisasi :
Mungkin berguna untuk memperkirakan perbaikan tubuh/kehilangan dan keefektifan terapi.
4)        Beri makan dan makanan kecil tapi sering.
Rasionalisasi :
Membantu mencegah distensi gaster/ketidak nyamanan dan meninkatkan pemasukan.
5)        Pastikan makanan yang disukai/tidak disukai
Rasionalisasi :
Dapat memperbaiki pemasukan
6)        Berikan kebersihan oral sebelum makan.
Rasionalisasi :
Mulut yang bersih meningkatkan rasa dan membantu nafsu makan.
7)        Kolaborasi dalam pemberian TKTP
Rasionalisasi :
Kalori, protein dan vitamin yang dibutuhkan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik, mempertahankan BB dan mendorong regenerasi jaringan.
f.         Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit.
Tujuan : Terjadinya regenerasi jaringan
Kriteria hasil :
Adanya regenerasi jaringan
Penyembuhan tepat waktu di area luka bakar
Rencana tindakan:
Pre operasi
1)        Kaji/catat ukuran,warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrosis dan kondisi sekitar luka.
Rasionalisasi :
Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada area graft.
2)        Berikan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan control infeksi
Rasionalisasi :
Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan graft
Post operasi
1)        Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi
Rasionalisasi :
Balutan yang melekat pada kulit  untuk menutupi luka bakar
2)        Tinggikan area graft bila mungkin
Rasionalisasi :
Menurunkan pembengkakan/membatasi resiko pemisahan graft, mempengaruhi penyembuhan graft.
3)        Evaluasi warna sisi graft dan donor: perhatikan ada/tidaknya penyembuhan
Rasionalisasi :
Mengevaluasi keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasikan terjadinya komplikasi.
g.        Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan tahanan.
Tujuan : Mempertahankan/meningkatkn kekuatan
Kriteria hasil : Dapat melakukan aktifitas sesuai kemampuan dan tidak kontraktur.
Rencana tindakan:
1)        Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan atau balut untuk luka bakar diatas sendi.
Rasionalisasi :
Meningkatkan posisi fungsional pada ekstremitas dan mencegah kontraktur yang lebih mungkin diatas sendi.
2)        Perhatikan sirkulasi, gerakan dan sensasi jari secara sering
Rasionalisasi :
Edema dapat mempengaruhi sirkulasi pada ekstremitas dan mempotensialkan nekrosis jaringan/terjadi kontraktur.
3)        Lakukan latihan rehabilitasi pada saat penerimaan.
Rasionalisasi :
Akan lebih mudah membuat partisipasi bila pasien menyadari adanya penyembuhan.
4)        Lakukan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan pasif aktif.
Rasionalisasi :
Mencegah secara progresif mengencangkannya jaringan parut, meningkatkan pemeliharaan otot/sendi.
h.        Ansietas berhubungan dengan perawatan di rumah sakit/prosedur isolasi
Tujuan : Rasa cemas teratasi
Kriteria hasil : Klien tampak tenang, klien tampak beristirahat, wajah tampak rileks.
Rencana tindakan:
1)        Beri penjelasan dengan sering dan informasi prosedur perawatan.
Rasionalisasi :
Pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan dan ansietas, memperjelas kesalahan konsep dan meningkatkan kerjasama.
2)        Tunjukkan rasa empati kepada klien
Rasionalisasi :
Membantu pasien mengetahui dukungan dan perawatan yang dilakukan.
3) Libatkan keluarga/orang terdekat dalam proses pengambilan keputusan kapanpun memungkinkan
Rasionalisasi : 
Meningkatkan kerjasama
1)        Kaji status mental klien
Rasionalisasi :
Pada awal pasien dapat menggunakan penyangkalan dan persepsi unuk menurunkan dan menyaring informasi keseluruhan.
2)        Berikan orientasi konstan dan konsisten
Rasionalisasi :
Membantu pasien tetap berhubungan dengan lingkungan dan realitas.
3)        Identifikasi metode koping/penanganan situasi stress sebelumnya.
Rasionalisasi :
Perilaku masa lalu yang berhasil dapat digunakan untuk menerima situasi saat ini.
4)        Dorong keluarga atau orang terdekat mengunjungi dan mendiskusikannya terjadi pada keluarga.
Rasionalisasi :
Mempertahankan kontak dengan realitas, keluarga membuat rasa kedekatan dan kesinambungan hidup.
a.         Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kejadian traumatik, kecacatan.
Tujuan : Klien dapat menerima situasi dirinya
Kriteria hasil : Klien dapat membuat tujuan/masa depan
Rencana tindakan:
1)        Kaji makna kehilangan (perubahan pada pasien) atau orang terdekat
Rasionalisasi :
Episode traumatik mengakibatkan perubahan tiba-tiba.
2)        Terima dan akui ekspresi frustasi, ketergantungan, marah, duka
Rasionalisasi :
Penerimaan pesan sebagai respon normal terhadap apa yang terjadi membantu perbaikan.
3)        Perhatikan perilaku maladaptif
Rasionalisasi :
Keluarga dan pasien cenderung menerima krisis ini dengan cara yang sama dimana mereka telah alami waktu lalu.
4)        Bersikap realistis selama pengobatan.
Rasionalisasi :
Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antar pasien dan perawat.
5)        Berikan penguatan positif terhadap kemajuan.
Rasionalisasi :
Kata-kata penguatan sangat mendukung dalam hubungan perawat dan pasien.
6)        Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat
Rasionalisasi :
Meningkatkan ventilasi perasaan dan memungkinkan respon yang lebih membantu klien.
b.        Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi.
Tujuan : Klien melaporkan tanda-tanda paham akan pengertian yang diberikan
Kriteria hasil : Mengerti tentang prognosis, kondisi dan kebutuhan pengobatan dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Rencana tindakan:
1)        Kaji ulang prognosis dan harapan yang akan datang
Rasionalisasi :
Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
2)        Diskusikan harapan pasien untuk kembali kerumah, kerjasama dan aktivitas normal.
Rasionalisasi :
Pasien sering kali mengalami kesulitan memutuskan pulang.
3)        Kaji ulang perawatan luka bakar, graft, kulit dan luka. Identifikasi sumber yang tepat untuk perawatan pasien rawat jalan dan bahannya.
Rasionalisasi :
Meningkatkan kemampuan perawatan diri setelah pulang dan meningkatkan kemandirian.
4)        Diskusikan perawatan kulit
Rasionalisasi :
Gatal, lepuh dan sensitivitas luka yang sembuh/sisi graft dapat diharapkan selama waktu lama
5)        Dorong kesinambungan program latihan dan jadwal periode istirahat.
Rasionalisasi :
Mempertahankan mobilitas, menurunkan komplikasi dan mencegah kelelahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar