PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK
PERMASALAHAN
Perkembangan praktik
keperawatan, tuntunan efisiensi layanan kesehatan ditengah perkembangan dan
kemajuan teknologi yang akan menyebabkan tugas pengambil keputusan menjadi
lebih berat bagi seorang perawat. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
merupakan pembicaraan yang menjadi trend dan isue dikalangan perawat, baik bagi
perawat dipelayanan, manajemen, area penelitian, maupun area pendidikan.
Banyak faktor yang dapat
menimbulkan masalah-masalah dalam bidang keperawatan baik di pelayanan,
manajemen, area penelitian dan pendidikan. Dewasa ini menjadi isue yang menimbulkan dilema etik
perawat pada situasi informed consent, penolakan tindakan, penggunaan sumber
daya yang terbatas, pembiayaan dan tidak kompeten penyediaan pelayanan
kesehatan.
Pada dasarnya seorang perawat
dituntun dapat memutuskan sesuatu dengan baik, tidak peduli apakah sebagai
manajer atau sebagai pelaksana keperawatan, yang penting adalah adanya tuntutan
untuk menggunakan keterampilan teknikal, interpersonal, intelektual dan
berlandasan pada etika profesi dalam memutuskan sesuatu. Ada dua aspek penting
yang saling mengisi dan harus diingat dalam pengambilan keputusan, yakni: pengetahuan
sebagai aspek isi dan berpikir sebagai aspek proses. Dalam pengambilan
keputusan perawat harus mempertimbangkan keberadaan keluarga pasien, anggota
tim kesehatan lain, serta karakteristik demografik dan psikososial. Perawat
harus membantu pasien dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
kesehatannya. Oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk memahami dan
belajar bagaimana mengambil keputusan adalah suatu proses mencapai beberapa
keadaan yang diinginkan. Keputusan adalah akibat suatu proses dinamis yang
dipengaruhi oleh banyak kekuatan termasuk lingkungan organisasi, pengetahuan,
kecakapan serta motivasi dari individu yang memutuskan permasalahan tersebut.
Terkadang perawat dihadapkan
oleh suatu kondisi yang memerlukan untuk mengambil keputusan. Keperawatan
adalah pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu
perawat. Pelayanan keperawatan berlandaskan kepercayaan bahwa perawat akan
berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan dan hal yang menguntungkan pasien dan
kesehatannya. Manusia merupakan makhluk yang unik antara satu dengan lain
sehingga respon dan perilaku dengan ditunjukan berbeda-beda. Dalam situasi dan
kondisi yang demikian, pengambilan keputusan yang tidak tepat akan dibayar
dengan kerugian yang sangat tinggi, baik individu perawat itu sendiri maupun
institusi. Maka diperlukan adanya pedoman untuk mengarahkan bagaimana harus
bertindak. Pengambilan keputusan haruslah berdasarkan prinsip-prinsip etik.
Prinsip-prinsip etik menjadi
pedoman dalam pengambilan keputusan yang tepat dalam suatu pemecahan masalah.
Namun terkadang dalam suatu pemecahan masalah prinsip-prinsip itu dapat saling
bertentangan, sehingga hal tersebut menjadi dilema etik pada situasi tersebut.
Pembuatan keputusan selalu
dihubungkan dengan suatu masalah atau suatu kesulitan, dalam arti keputusan dan
penerapannya diharapkan akan menjawab persoalan atau menyelesaikan konflik.
Pendapat Kenpet dan George dalam Sumijatun (2009) menyebutkan pengambilan
keputusan adalah suatu rangkaian kegiatan memilih alternatif-alternatif atau
kemungkinan-kemungkinan. Pilihan yang diambil penting, karena akan membuat seseorang
berpartisipasi dari pada hanya sebagai pengamat. Pengambilan keputusan
merupakan proses kongnitif yang kompleks terutama pada saat harus memilih
kegiatan mana yang akan dilakukan.
Sebelum membahas masalah etika perawat penting memahami
metode pendekatan yang digunakan dalam masalah etika. Selain memilih
pendekatan-pendekatan yang tepat dalam pengambilan keputusan, pengambilan
keputusan harus memperhatikan nilai-nilai moral dan etik yang dapat diterima.
Kode etik dalam profesi keperawatan merupakan panduan yang terstandar, sehingga
keputusan-keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan dan dipertanggung
gugat.
PEMBAHASAN
Konflik dapat dipandang sebagai
masalah internal dan eksternal yansag terjadi sebagai akibat dari perbedaan
pendapat, nilai-nilai atau keyakinan dari dua orang atau lebih. Masalah yang
timbul disebabkan terjadi antara dua atau lebih dari prinsip- prinsip etik;
antara Autonomy, Beneficience, Justice, Non maleficience, dan Veracity sehingga
menimbulkan dilema etik.
Tugas dan kewajiban seorang
perawat sangat berat. Pemecahan masalah adalah bimbingan dalam bekerja untuk
mengambil keputusan dalam situasi yang sulit. Pemecahan masalah merupakan suatu
proses, strategi untuk mengorganisisr serta menata pola pikir. Pemecahan
masalah adalah bagian dari pengambilan keputusan, merupakan proses sistematis
dan berfokus pada analisa situasi yang sulit. Pengambilan keputusan dalam
keperawatan merupakan hal yang sangat kompleks, karena menyangkut permasalahan
dengan manusia.
Pengambilan keputusan etik
merupakan bagian dari refleksi moral dalam praktik. Menurut Kozier (1988) dalam
Sumijatun (2002) menyampaikan bahwa moral mirip etika, moral akan selalu
dikaitkan dengan standar personal individu dalam penerapan tingkah laku,
karakter dan sikap. Sensitivitas moral merupakan sensitivitas kepada hal-hal yang lebih detail dari situasi
yag ada dan sering menimbulkan beberapa pertanyaan seperti “ apa benar dan apa
yang baik ? apa yang tepat dan apa keuntungan dan kerugian pada situasi ini ?”
saat ada konflik, terdapat pilihan diantar alternatif-alternatif konflik. Pilihan tersebut dipengaruhi oleh
nilai-nilai, kemudian nilai-nilai tersebut dipelajari dan dimodifikasi oleh asosiasi.
Modifikasi dan penguatan nilai merupakan proses yang sangat panjang. Pilihan-pilihan
etika juga harus mempertimbangkan keinginan-kegiatan kebutuhan-kebutuhan dan
hak-hak seseorang.
Pengambilan keputusan etik
merupakan salah satu proses dari pengambil keputusan, yang didalamnya terdapat
ilmu, kedudukan dan etika. Proses ini mencakup area pemecahan masalah, situasi
dari permasalahan, dan atau dilema yang dapat dicapai. Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengambilan keputusan merupakan hal yang sama, ditemukan
diberbagai situasi yang bermasalah. Bagaimanapun juga, perbedaan yang secara
terperinci menjadi penting. Situasi etik didasarkan ilmu tentang etika, seperti
halnya keputusan medis yang didasarkan pada ilmu medis.
Pembuatan keputusan etik adalah
perbedaan antar prinsip-prinsip etik Autonomy, Beneficience, Justice, Non
maleficience, dan Veracity. Sebagai contoh, masalah lebih baik mati” seringkali
melibatkan konflik dalam prinsip-prinsip etik, bagaimanapun juga, permasalahan
yang menyelimuti kematian dan terminal telah menjadi lebih kompleks.
Implikasi yang nyata, perkembangan
teknologi, dan alokasi dari sumber daya seringkali masuk kedalam proses
pengambilan keputusan. Harapan para pasien dan perhatian keluarga juga
berdampak pada hasil keputusan. Untuk perawat, situasi etik mungkin termasuk
konflik yang melibatkan tanggung jawab mereka dan obligasinya. Perawat
berhadapan pada kewajiban untuk mengetahui keinginan pasien, disaat yang sama
mereka memiliki kewajiban untuk mengikuti kebijakan rumah sakit.
Menurut Koeng (2007) Langkah pertama
yang penting dalam pengambilan keputusan etik adalah memastikan bahwa masalah
memiliki muatan etik atau moral. Karena tidak semua maslah keperawatan memiliki
muatan moral. Dalam beberapa kasus,
pertanyaan yang paling penting adalah siapa seharusnya mengambil keputusan.
Ketika orang mengambil keputusan adalah klien, fungsi perawat adalah peran
suportif. Klien membutuhkan pengetahuan mengenai probabilitas dan sifat dari
konsekuensi yang menyertai rangkaian tindakan.
Peran perawat memahami dan
melaksanakan nilai-nilai esensial dalam profesi, pada tahun 1985 “The American Association Colleges of
Nursing “ melaksanakan suatu proyek yang mengidentifikasi nilai-nilai
esensial dalam pelaksanaan kehidupan profesional yaitu; (1) keyakinan bahwa
menghormati terhadap martabat seseorang akan merupakan konsekuensi terbaik bagi
semua masyarakat. Seseorang pada hakikatnya dilahirkan dengan memiliki hak-hak
istimewah dan memiliki kehormatan sehingga dalam pelaksanaan keperawatan secara
utuh pada seseorang dan orang lainnya tidak ada perlakuan yang berbeda maupun
perlakuan yang istimewah. (2) Penghargaan; merasa bangga dan bahagia dengan
pilihannya sendiri. Bangga dan bahagia akan keberhasilan dalam pemberian asuhan
keperawatan. Dimana yang dapat menjadi indikatornya adalah kepuasan dari
pasien, penghargaan dari sejawat ataupun
supervisor. Kemampuan mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang
tidak bersedia memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya. (3)
tindakan mengabungkan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupannya atau pekerjaan
sehari-hari. Mengusahakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia
dalam kehidupan pribadi dan profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas
tindakan yang dilakukan. (4) semakin disadari nilai-nilai profesional maka
semakin timbul nilai-nilai moral yang dilakukan serta konsisten untuk
mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan sejawat atau pasien terhadap
kontradikti dengan prinsip-prinsip yang dianutnya yaitu: penghargaan terhadap
martabat manusia yang tidak terakomodasi dan sangat mungkin membuat situasi
yang tidak nyaman. Oleh karena itu klarifikasi nilai-nlai merupakan suatu
proses dimana kita perlu meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang
diambil secara khusus dalam kehidupan ini untuk menghormati martabat manusia. Hal
ini merupakan nilai-nilai positif yang sangat berguna dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam masyarakat luas. (5) membimbing atau memberikan
konsultasi kepada pasien yang mempunyai nilai-nilai dan perilaku kesehatan yang
sangat rendah. Hal ini disebabkan karena pasien kurang memperhatikan status
kesehatannya. Pertama yang dilakukan oleh perawat adalah berusaha membantu
pasien untuk mengidentifikasi nilai-nilai dasar kehidupannya sendiri. (6)
langkah selanjutnya perawat mengidentifikasi masalah-masalah bersama pasien.
Identifikasi masalah-masalah yang timbul, perawat bersama pasien menentukan
masalah yang paling prioritas. (7) dalam
memprioritaskan masalah memperhatikan nilai-nilai yang dianut dengan
mengikuti klarifikasi nilai-nilai dengan memilih dan penghargaan. Memilih
setelah mengali aspek-aspek berdampak terhadap kesehatan pasien. Penghargaan
memberikan dukungan untuk memperkuat keinginan pasien dan promosikan
nilai-nilai tersebut dan bila memungkinkan dapatlkan dukungan baik dari
keluarga maupun tim lain yang terlibat dalam perawatan seorang klien.
Sejumlah teori-teori etis dan model-model pengambilan keputusan etis
dapat membimbing perawat dalam membuat keputusan. Dua teori yang lazim
membimbing pada pengambilan keputusan adalah utilitarianism (teleology) dan
deontoligy. Ultilitarianism dalam pendekatan keputusan moral didasarkan
semata-mata pada konsekuensi tindakan bukan pada kebenaran tindakan. Satu
kekurangan dari pendekatan ini adalah bahwa pandangan minoritas dapat diabaikan.
Dengan pendekatan deontologik terhadap masalah etis, karakteristik tertentu
membuat keputusan/penetapan benar atau salah, tanpa melihat konsekuensinya.
Karakteristik tersebut merupakan values seperti kebenaran, keadilan dan cinta.
Satu tipe dari deontologik adalah pluralistik, yaitu beberapa prinsip dapat
diterapkan dalam konflik. Prinsip seperti otonomi dan keadilan dapat diterapkan
berbagai prioritas yang berbeda, tergantung pada seseorang menghadapi dilema. Dengan
alasan ini, masing-masing akan mendekati suatu masalah dengan prioritas yang
berbeda untuk pemecahannya.
Pengambilan keputusan etik yang
membutuhkan pilihan, nilai dan tindakan seseorang dimulai dengan keinginan:
orang terinspirasi oleh suatu keinginan untuk mengikuti yang baik setiap kali
mereka melihatnya. Pilihan, nilai dan tindakan etik kemudian menjadi suatu
keinginan berasalan.
Ketika orang lain mengambil
keputusan adalah klien, fungsi perawat adalah suportif. Klien membutuhkan
pengetahuan mengenai probabilitas dan sifat dari konsekuensi yang menyertai
rangkaian tindakan. Perawat membagi pengetahuan
dan keahlian khusus mereka dengan klien agar memungkinkan mereka
mengambil keputusan berdasarkan informasi. Pertanyaan yang dapat membantu perawat
menentukan siapa yang memiliki masalah; “untuk siapa keputusan dibuat?”, “siapa
yang akan terlibat dalam pengambilan keputusan?”, “kriteria apa (sosial,
ekonomi, psikologi, fisiologi, atau legal) yang seharusnya digunakan dalam
memutuskan siapa yang akan pengambilan keputusan? “, “persetujuan semacam apa
yang diperlukan oleh subjek?”.
Dalam banyak tatanan perawatan
kesehatan, perawat tidak selalu memiliki otonomi untuk bertindak berdasarkan
pilihan moral atau etik mereka. Kompromi moral yang melindungi intergritas tiap
orang karena tidak seorangpun yang dipaksa untuk menyerahkan kepentingan diri,
prinsip, atau integritas moral. Semua pihak didorong untuk mendiskusikan nilai
personal, pengkajian mereka mengenai situasi dan perkiraan keputusan terbaik
bagi klien. Hasil akhir dari kompromi moral yang melindung integritas adalah
agar pihak yang terlibat mencapai suatu keputusan yang menghargai nilai yang
dipegang oleh pengambil keputusan, hasil akhir tidak selalu harus sama dengan
apa yang setiap orang pikir yang sebaiknya dilakukan. Tiap partisipan perlu
pandangan yang berbeda, dan mencapai suatu kesepakatan yang menguntungkan dan
damai untuk semua pihak yang terkait.
Kode etik menjadi suatu standar
profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dalam mengambil keputusan
baik dalam hubungan perawat dan klien, perawat dan praktik, perawat dan
masyarakat dan hubungan perawat dan profesi. Selain menjadi pedoman perilaku
dalam hubungan perawat dengan pasien, masyarakat dan profesi, kode etik menjadi
aspek legal yang secara umum menjadi perlindungan hukum dalam pengambilan
keputusan. Walaupun kode etik merupakan petunjuk umum untuk pengambilan
keputusan petunjuk umum untuk pengambilan keputusan petunjuk yang lebih
spesifik adalah penting dalam banyak kasus untuk mengatasi dilema etis
sehari-hari yang dihadapi oleh perawat dalam tatanan praktik.
Komunikasi yang baik merupakan
suatu kunci yang paling penting dalam hubungan antara pasien, tim lainnya
maupun dengan profesi. Dengan komunikasi yang baik perawat dapat mengetahui
kebutuhan dasar seorang pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Catarina (2009)
menyebutkan Komunikasi yang baik akan memberikan kontribusi pemahaman yang baik
bagi pasien dalam menentukan pilihan. Selain itu memberikan kenyamanan pada
pasien akan tindakan yang dilakukan. Dalam pengambilan keputusan perawat juga
harus fokus pada tujuan, dan melihat kondisi pasien. Perawat harus memiliki
tingkat pengetahuan yang luas memahami penyakit dan mampu memahami nilai-nilai
yang dianut oleh pasien.
KESIMPULAN
Masalah –masalah cenderung
terjadi dalam area pelayanan keperawatan, area pendidikan dan area penelitian.
Kemampuan dalam pengambilan keputusan yang tepat dan tidak merugikan pasien
maupun profesi menjadi tuntunan. Perawat bertanggung jawab untuk memutuskan
tindakan sendiri dan mendukung klien yang mengambil keputusan etik dan
melakukan koping terhadap hasil keputusan yang dibuat oleh orang lain.
Petunjuk yang disarankan bagi
perawat untuk mengatasi dan mengambil keputusan sebagai berikut menetapkan data
dasar yang dapat dipercaya, mengidentifikasi konflik yang terdapat pada situasi
tersebut, membuat garis besar tindakan alternatif untuk tindakan yang
dianjurkan, membuat secara garis besar hasil atau konsekuensi dari tindakan
alternatif tersebut, menentukan pemilik masalah tersebut dan pengambil
keputusan yang tepat dan menentukan kewajiban perawat. Suatu keputusan yang
baik adalah keputusan yang berpihak kepada kepentingan klien dan pada waktu
yang sama juga melindungi integritas semua pihak yang terlibat.
DAFTAR PUSTAKA
Catarina, D.
(2009). The role of nurses and patients involvement in the clinical
decision-making-process. artigo de
revisilo, 17. Retrieved from: http://ebscohost.com
Sorbello, B. (2008 ). The nurse administrator as caring
person :A synoptic Analysis Applying Caring Philosophy, Ray's Ethical Theory of
Justice, and the ethic of care. International
journal for human caring, 12, No 1. Retrieved from: http://ebscohost.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar